25 Juni 2009
Dalam hidup, saya merasakan beberapa tanggal yang terkenang. Saat saya mendapatkan laptop pertama, saat teman-teman saya datang ke rumah untuk merayakan ulang tahun bersama, saat saya bertemu dengan orang yang saya kagumi, dan saat-saat personal lainnya. Ada beberapa tanggal yang setiap tahunnya selalu terkenang akibat apa yang terjadi pada tanggal tersebut sebelumnya, walaupun saya terkadang tidak mengetahui bahwa akan merindukan tanggal tersebut bertahun-tahun kemudian. Salah satunya adalah 25 Juni.
25 Juni 2009 dikenal sebagai hari kematian Michael Jackson. Saya tidak tahu siapa itu Michael Jackson dan sebesar apa nama Michael Jackson saat itu. Saya hanya mengetahui bahwa setelah Michael Jackson meninggal, hampir setiap hari ada berita mengenai kehidupan dan kematiannya, dan saya yang selalu menonton berita (terutama pagi hari — saat yang lain malah menonton Chalkzone dan Spongebob) akan melihat semua berita mengenai Michael Jackson. Tiga hal yang saya ingat dari berita-berita Michael Jackson saat itu adalah obsesinya dengan operasi plastik (ingin menjadi orang berkulit putih), nama Michael Jackson itu sendiri yang dipanggil Jacko, dan arwah Michael Jackson di Neverland. Yang terakhir membuat saya takut untuk mendengar lagu Michael Jackson karena “takut disamperin arwahnya”.
Tahun 2009 merupakan tahun pertama secara penuh saya menggunakan internet. Karena kuota dari modem USB yang terbatas, saya hanya membuka beberapa situs ringan seperti Facebook (saat itu cukup ringan), membaca blog, dan situs berita. Menonton YouTube jarang dilakukan karena memakan kuota yang besar, belum pula kecepatan yang hanya ratusan kilobyte membuat saya harus bersabar menunggu buffering video yang hanya 240p. Tetapi, di YouTube, saya juga menonton video-video Michael Jackson agar mengetahui siapa Michael Jackson (selain menonton video seram seperti hantu kursi goyang). Saya menjadi terobsesi dengan Michael Jackson karena setiap kali saya berselancar di internet maupun menonton TV, hanya Michael Jackson yang terdengar. Sepupu saya (dan saya) pun membeli beberapa CD bajakan lagu-lagu Michael Jackson yang selalu saya putar setiap kali naik mobil Honda Accord keluaran 2008, Toyota Yaris 2008, dan selanjutnya Toyota Fortuner 2010 milik ayah saya. Saat itu, hanya speaker-speaker mobil yang dapat saya andalkan untuk mendengar suara yang “agak bagus”. Beberapa kali, dengan aplikasi Photo Booth, saya juga merekam diri sendiri menyanyi lagu Michael Jackson. Fase saya menyukai Michael Jackson ada hingga tahun 2012.
Akhir tahun 2017, saya kembali lagi mendengarkan lagu-lagu Michael Jackson. Mulai saat itu, saya tidak lagi tertarik akan hal-hal yang media katakan mengenai Michael Jackson, tetapi saya mulai mencoba mengerti kenapa segala yang Michael Jackson lakukan selalu dicap aneh. Namun, sebagai fans, saya tidak secara buta selalu membela Michael Jackson. Obsesi Michael Jackson dengan operasi plastik bukan karena ia ingin menjadi kulit putih, melainkan karena kondisi kulit yang didertinya (vitiligo), tetapi tidak dipungkiri bahwa ada kecanduan Michael Jackson untuk mengubah penampilannya, sehingga Michael Jackson yang terlihat pada tahun 1979 berbeda dengan yang terlihat pada tahun 2009. Ucapan Jacko juga bukan nama panggilan asli Michael Jackson, karena Jacko berasal dari pelabelan media terhadap Michael Jackson, Wacko Jacko, yang berarti pribadi aneh (Jacko/ Jackson Aneh). Sebagai penggemar, saya melihat beberapa aksi Michael Jackson (meskipun harmless) yang dapat memberikan implikasi negatif (menyodorkan bayinya ke balkon hotel, menggunakan penyamaran yang aneh, dan kesukaan (perlu ditekankan bahwa ini adalah kesukaan innocent) terhadap anak kecil). Saya tidak percaya Michael Jackson adalah pedofil, tetapi nanti tulisan ini akan terlalu panjang. Saya hanya merasa kasihan akan hidup Michael Jackson yang berakhir tragis (dalam kesulitan finansial dan ingin membangkitkan citranya, akan melakukan konser untuk memperbaiki finansial dan citranya, dan meninggal (dibunuh oleh dokternya sendiri) ketika akan memperbaiki hidupnya).
Hari ini, seperti beberapa tahun terakhir di tanggal 25 Juni, saya melihat hashtag tentang selebreasi akan kehidupan Michael Jackson. Saat melihat euforia kegembiraan banyak orang merayakan dan menyanyikan lagu Michael Jackson, saya jadi teringat dengan pribadi saya 13 tahun yang lalu, pada saat berita kematian Michael Jackson terdengar. Sama halnya ketika orang Amerika mengungkapkan “You always just remember where you were and what you were doing during 9/11”, saya, orang Indonesia, yang masih terlalu muda pada 11 September 2001, memiliki momen tersendiri yang terkenang dalam masa kecil atau dalam masa dekade 2000-an diri sendiri. Kalau suatu saat saya tidak nge-fans dengan Michael Jackson, saya rasa nama tersebut tetap selalu berada dalam ingatan karena momen-momen masa kecil yang teringat akibat nama tersebut.