Era 2000-an
Ketika saya mulai aktif di internet pada tahun 2011–2012, saya sering melihat beberapa pos tentang indahnya kehidupan anak 90-an. Saya yang berumur 10–11 tahun kala itu tidak terlalu mengerti apa hebatnya era 90-an. Sekarangpun, saya masih sering melihat pos mengenai indahnya kehidupan anak 90-an, dan saya sendiri tidak terlalu mengetahui apa spesialnya. Yang saya dapat tangkap adalah, sepertinya anak 90-an lebih sering mengindahkan dekadenya daripada anak-anak dari dekade lainnya.
Saya adalah anak 2000-an, walaupun da beberapa argumen yang berbeda mengenai siapa saja yang termasuk anak-anak 2000-an. Ada argumen yang berkata anak 2000-an adalah anak yang lahir pada tahun 1990–1999 karena mereka merasakan seluruh aspek tahun 2000-an. Saya sendiri tidak setuju mengenai hal itu. Saya berargumen bahwa anak 2000-an adalah anak yang lahir pada tahun 1995–2005. Argumen yang saya dukung adalah untuk menjadi anak tahun 2000-an, Anda harus ingat apa yang Anda rasakan pada dekade tersebut, namun tidak perlu secara detail. Artikel di internet menyatakan bahwa otak manusia mulai mengingat sesuatu pada umur 4–5 tahun, artinya anak kelahiran 2005 masih merasakan 4–5 tahun sebagai anak 2000-an. Argumen yang menyatakan anak 1990–1999 adalah anak 2000-an adalah aneh karena jarak antara 1990–2000 sudah cukup jauh. Mungkin dapat dikatakan bahwa dalam setiap umur anak, pasti mereka hidup dalam dua dekade berbeda (anak 1990-an masih bisa mengakui sebagai anak 2000-an, tergantung definisi rentang umur ‘anak’). Saya bisa mengakui sebagai anak 2010-an, namun saya tidak berpikiran seperti itu karena saya (kelahiran 2001) sudah hidup 8 tahun di dekade 2000-an, dan saya tidak akan mengabaikan hal itu. I am a 2000’s kid.
Hal lain yang masih diperdebatkan dalam menghitung sebuah dekade adalah kapan mulainya dekade tersebut, di mana titik tengahnya, dan di mana titik akhirnya? Awal dekade tentu 1 Januari 2000 dan akhirnya adalah 31 Desember 2009, tetapi apakah tahun 2003 masih disebut sebagai awal tahun 2000-an atau sudah pertengahan? Banyak teori bahkan menggunakan pembagian matematika. Saya sendiri berpikir bahwa tahun 2000–2003 merupakan awal dekade 2000-an, 2004–2006 adalah pertengahan dekade 2000-an, dan 2007–2009 adalah akhir dari dekade 2000-an.
Awalnya saya tidak terlalu peduli dengan urusan dekade-dekade tersebut, namun semua berubah pada menjelang akhir Februari 2021 ketika saya menonton trilogi High School Musical. Saya menonton film tersebut karena dalam halaman explore Instagram saya, tiba-tiba terdapat akun @2000schildhoodtweets dan akun tersebut membahas tentang film High School Musical. Entah mengapa ketika saya melihat akun tersebut dan menonton film High School Musical, saya merasa jadi kangen era 2000-an dan kangen masa-masa sekolah, merindukan masa sekolah yang tentunya tidak seindah gambaran film-film. Padahal saya tidak pernah menonton film-film Disney maupun mendengarkan lagu-lagu era 2000-an, tetap saja saya kangen dengan something that I’ve never experienced, a childhood that I never had. Sejak itu, saya mulai mencari-cari segala hal tentang tahun 2000-an. Saya menonton Hannah Montana dan sedang menonton iCarly, saya juga membuat playlist lagu-lagu tahun 2000-an, saya menjadi terobsesi dengan something that I never experienced. Saya mengapresiasi dekade saat seya bertumbuh dari bayi sampai anak SD.
Saya berargumen bahwa era 2000-an merupakan era yang terbaik karena masih ada campuran antara yang lama dan yang sekarang. Kami, anak 2000-an masih sering bermain di luar tanpa ada pengaruh gawai, tetapi kami juga melihat sekilas ke masa depan, ke teknologi yang sekarang digunakan. Pada tahun 2000-an, saya masih melihat beberapa wartel (warung telepon), tetapi saya juga mengetahui adanya ponsel pintar seperti iPhone. Saya mengetahui asyiknya hidup tanpa gawai sambil mengetahui gawai-gawai revolusioner yang ada.
Era 2000-an juga memberikan sesuatu yang baik di bidang teknologi. iPhone sudah dijelaskan, ada juga dua versi Windows yang sampai sekarang masih dianggap terbaik seperti Windows XP dan Windows 7. Muncul Windows Vista yang merupakan versi Windows tercantik. Handphone memiliki bentuk-bentuk yang unik seperti Nokia N-Gage, Nokia Communicator, Flip, Slide, Qwerty, dan Touchscreen. Setiap ponsel memilki ciri khas bentuknya sendiri, tidak terlalu mirip seperti ponsel yang ada sekarang. Peluncuran ponsel baru pun masih memberikan peningkatan yang signifikan dibandingkan generasi sebelumya. Perkembangan teknologi yang pesat sangatlah menarik pada era 2000-an, tidak seperti sekarang, di mana ponsel baru hanya berarti kamera dan besel baru.
Kultur internet pada dekade 2000-an juga sangatlah unik. Media sosial yang sering kita gunakan seperti YouTube, Facebook, dan Twitter hadir pada dekade ini. Hal yang menarik bagi saya juga adalah penggunaan YouTube pada dekade tersebut. YouTube hanyalah tempat untuk berbagai video. Video yang dibagikan biasanya hanya beresolusi 360p. Saya merindukan saat-saat itu karena YouTube terasa sebagai sesuatu yang pure, hanyalah situs berbagi video yang menarik, tidak seperti sekarang di mana banyak kreator konten yang merekam video-nya dengan kamera-kamera 4K atau bahkan 12K dengan nilai produksi yang lebih tinggi daripada film di TV. Hal ini membuat keintiman dan keseruan menjelajah YouTube berkurang karena semua tertutup dengan nilai produksi yang tinggi.
Budaya internet yang saya sangat rindukan dalam era 2000-an adalah banyaknya blog-blog yang tersedia di internet. Sekarang, semua telah digantikan menjadi video blog, yang walaupun prinsipnya sama, tetapi keseruan dari membaca pengalaman orang sudah semakin ditinggalkan. Ketika tahun 2000-an, saya beberapa kali membuat blog di Blogspot dan Wordpress. Memang tidak ada yang baca, namun saya senang membaca karya orang lain. Entah itu curhatan tentang dirinya sampai opini tiap orang mengenai teknologi terbaru. Kolom komentar pada blog-blog populer pun sangatlah hidup, tidak seperti sekarang, di mana blog populer pun hanya memiliki komentar yang sedikit. Saya akui bahwa membuat video lebih mudah dari menulis. Menulis itu capek dan selalu menguras semua diksi yang ada (maka dari itu, pilihan kata saya hanyalah itu-itu saja), menulis juga tidak memberikan keseruan yang lebih umum dibandingkan menonton video. Saya menyayangkan tren nge-blog yang semakin berkurang karena blog masih memiliki potensi untuk menceritakan pengalaman yang lebih rinci dan personal.
Selain blog dan tulisan-tulisan di internet, saya juga kangen dengan banyaknya buku-buku yang terbit, setidaknya apabila dibandingkan dengan dekade 2010-an. Ketika saya masih kecil, saya senang apabila diajak ke toko buku terdekat di mall. Saya senang melihat buku-buku yang baru dan setiap saat hampir selalu membelinya. Sekarang, terkadang saya dapat melihat toko buku yang menyetok buku yang sama dalam rentang 3–4 bulan. Saya senang dengan banyaknya informasi di internet dan di YouTube, sayangnya hal ini harus dibayar dengan hilangnya buku-buku karena semuanya telah tersedia di internet.
— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —
Ketika saya menulis pos ini dan membacanya kembali, saya menyadari bahwa saya meromantisasi era 2000-an. Benar bahwa saya berpendapat era 2000-an adalah era yang paling baik, tetapi bukan berarti secara objektif era ini adalah era yang paling sempurna. Banyak kejadian-kejadian suram yang terjadi seperti 9/11, Tsunami Aceh, Badai Katrina, Tsunami di Tasikmalaya, Krisis ekonomi 2008, dan lain lagi. Kebanyakan dari hal-hal ini tidak saya rasakan karena kala itu, saya hanyalah seorang anak kecil. Saya tidak mengerti impact negatif besar yang terjadi karena kejadian-kejadian tersebut. Saya baru mengetahuinya bertahun-tahun setelah kejadian tersebut terjadi.
Kembali lagi ke pengakuan saya sebagai anak 2000-an. Saya mengaku sebagai anak 2000-an dan saya bangga dengan hal itu, namun dibalik ke-kangen-an saya dan romantisasi, saya menyadari bahwa secara objektif, sekarang dan saat inilah waktu yang terbaik. Saya memang kangen dengan segala yang ada, dan mungkin Anda kangen sesuatu yang berada di masa lalu, tetapi jika tidak dengan teknologi saat ini, saya tidak bisa membuat artikel ini. Tidak ada era yang paling baik, setiap orang memiliki era terbaiknya, tetapi setiap era adalah era yang baik tergantung kita melihatnya dari mana.
Update 12 April 2023
Mungkin istilah yang saya cari adalah Frutiger Aero, yaitu bahasa desain yang menggambarkan era 2000-an, terutama hubungan antara manusia dengan teknologi.